Artikel

Menulis Mengapa Tidak

Menulis Mengapa Tidak

          “Tahu kau, mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? karena kau menulis”. Itulah salah satu kata-kata ajaib yang ditulis oleh sastrawan besar indonesia, Mr.Pram dalam salah satu bukunya yang berjudul Anak Semua Bangsa. Kalimat itu berhasil menginspirasi saya untuk mulai mengangkat pena.

          Jika dipahami secara mendalam, kutipan di atas mengandung makna puitis nan melankolis. Tidak serta merta tentang kata romantis, Mr.pram tetap menyisipkan kebiasaan serta hobinya sebagai penulis. Namun, saya tidak akan membahas lebih jauh kalimat di atas.

          Menulis merupakan salah satu kegiatan yang kurang lebih menyenangkan. Menulis juga mampu membunuh waktu luang serta menyingkirkan sepi. Memang banyak orang berpendapat bahwa menulis adalah sesuatu yang sulit dikerjakan. Namun, kata sulit itu hanya dirasakan di masa-masa awal percobaan.

          Coba saja anda tanyakan pada penulis-penulis besar yang anda kenal bagaimana esensi perjuangan untuk menjadi penulis hebat. Jawaban yang akan anda dapatkan kurang lebih sama dengan pandangan saya. Semua orang tahu, hukum kausal pasti berlaku. Untuk itu jika anda berambisi menjadi penulis besar, anda harus bersabar dan terus bertahan. Anda juga harus yakin bahwa menulis itu mudah.

          Menulis dapat dialanogikan dengan belajar naik sepeda. Anda harus rela jatuh-bangun ketika latihan. Proses yang melelahkan harus anda jalani. Tak jarang seorang penulis mendapat kritik dan cibiran dari masyarakat karena dianggap tulisan yang dimuat tidak bagus dan kurang berkualitas.

          Jika kita mau menengok ke belakang, menulis buku di zaman modern sangatlah mudah. Coba saja kita bandingkan dengan jaman B.J. Habibie di era-45. Pada masa-masa itubahasa indonesia masih tahap penyusunan. Ditambah gemgan penerbitanyang sangat sulitdilakukan.

          Beralih pada masa orde baru.Di zaman Pak Harto,penulis dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah, sebabnya adalah tulisan mampu menggiring dan mengendalikan opini publik. Terlebih tulisan-tulisan yang berbau perlawanan dan pemberontakan.Coba saja anda menulis kritik, besoknya anda akan hilang.

          Abad 20 atau era milenial sudah masuk pada era digital dan teknologi, penerbit sudah tersebar di segala penjuru negeri. Jadi, masih mau memandang menulis sebagai hal yang sulit?

          Namun anda harus ingat. Menulis tidak bisa lepas dari membaca. Karena tulisan anda tidakakan bernilai dan berbobot jika hanya omong kosong atau ‘bersih’ dari ide atau gagasan menarik. Perlu anda ketahui, penulis yang produktif adalah pembaca yang aktif. Selamat menulis dan jadilah abadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *