Melatih Berprasangka Baik Kepada Allah

            Ada salah satu argumen yang membuat saya berubah pikiran tentang prinsip yang saya anut dan mulai tertanam dalam jiwa saya yaitu ‘menjadikan orang kaya atau orang yang mempunyai banyak harta dan tahta sebagai pedoman untuk hidup sukses’.  Kebanyakan orang di zaman ini memang menjadikan harta sebagai patokan kehidupan sukses seseorang, siapa yang memiliki banyak harta maka dia akan memiliki kekuatan, memiliki banyak pengikut, akan dihormati oleh orang. Rasulullah pun mengajarkan bahwasannya tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bahwa, haji saja hanya disunnahkan kepada orang yang mampu sedangkan yang tidak mampu tidak apa-apa tidak mengerjakan. Orang yang mempunyai banyak harta juga lebih leluasa untuk melakukan kebaikan dan beramal sholeh, bagi orang kaya yang dermawan tentu tidak akan keberatan untuk bersedekah puluhan sampai ratusan juta. Namun, jika orang yang hidupnya pas-pas’an pasti akan berfikir “Buat kebutuhan sehari-hari saja sudah susah, boro-boro mau ngurusin orang lain.”

          Argumen yang otak saya tangkap berbunyi: Jangan pernah melihat kepada orang yang diberi harta lebih dari pada kamu, karena hal itu (tak jarang) akan membuat kamu tidak ridho dengan apa yang Allah berikan atau anugrahkan kepadamu. Nah……., bagaimana menurut kalian? Apakah kalian sependapat dengan saya? kalian bisa menjawabnya sendiri. Tidak apa kalian menjadikan berbagai tokoh sukses sebagai idola seperti Atta halilintar, Black Pink, Juragan 99 namun jangan sampai ada rasa menyesal dengan apa yang Allah berikan kepadamu, kalau sampai ada rasa menyesal, tidak ridho maka sama halnya kamu marah dan secara tidak langsung menuntut Allah.

          Hidup sebenarnya sangat sederhana dan tidak rumit, namun tahukah kalian apa yang membuat hidup ini rumit? Jawabannya nafsulah yang membuat hidup kita rumit dan kadang sangat berat untuk kita jalani. Nafsu kita ingin mempunyai uang banyak maka kita harus bekerja keras membanting tulang, nafsu kita ingin makan makanan enak nan lezat maka kita harus mengeluarkan tenaga dan biaya untuk membelinya keluar rumah dan banyak lagi contoh lainnya. Pada dasarnya nafsu pada diri manusia lebih condong kepada hal-hal yang membuat terlena dan nyaman. sedangkan ada juga nafsu yang melahirkan hal positif contohnya reproduksi agar dapat melangsungkan keturunan.

          Kesimpulannya, boleh menjadikan seseorang sebagai idola asalkan jangan sampai ada rasa mengeluh karena hidup kita tidak seperti mereka, cukup ambil hal-hal positifnya saja seperti dapat membuat hidup kamu lebih bersemangat untuk menggapai tujuan. Dan kita harus melatih prasangka baik kita kepada Allah dalam setiap kejadian dan ujian yang Allah berikan kepada kita.[Hasby Ilman H]    

Ikuti Jurnalistik Al-Mashduqiah di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *