Hafalan Itu Bukan Soal Pintar, Tapi Siapa yang Ulet dan Istiqamah
Menghafal Al-Qur’an bukan perkara mudah. Tapi bagi Shafa Aqilatus Zahra, santriwati kelas 5 Mu’allimat Pondok Pesantren Al-Mashduqiah, proses itu bukan tentang bisa atau tidak bisa, bukan pula soal pintar atau tidak pintar. “Menghafal itu soal siapa yang ulet dan istiqamah,” ujarnya tegas.

Selama menjalani pendidikan di pesantren, Shafa telah menempuh jalan panjang bersama Al-Qur’an. Ia menjalaninya dengan semangat yang tak pernah padam, meski di tengah lelah, kesibukan, dan tanggung jawab sebagai pengurus kamar. Satu sisi ia harus mengatur dan mngurus anggota kamarnya, di sisi lain ia harus tetap menjaga hafalan, muraja’ah, dan menambah setoran secara rutin.
Waktu istirahat sering kali menjadi ruang perjuangan bagi Shafa. Di saat banyak santri lain menggunakan waktu kosong untuk rehat, ia justru memilih membuka mushaf, dan mengulang hafalan. Baginya, tidak ada waktu yang boleh terbuang sia-sia jika ingin sampai di garis akhir, menghatamkan 30 juz Al Qur’an.
Puncak dari perjuangannya tergambar dalam ujian tahfizh mustawa tsani, yang ia jalani pada Jumat, 27 Juni 2025. Ia menyetorkan hafalan juz 1 sampai 20 dalam satu kali duduk. Ujian itu berlangsung selama lebih dari 15 jam, tanpa jeda hari, dan ia lewati dengan tenang, tertib, dan lancar. Semua ayat yang selama ini ia jaga, akhirnya mengalir satu demi satu dengan lancar di hadapan para ustadzah dan teman temannya.
Shafa mengaku, perjuangannya tidak mudah. Ada masa lelah, ada saat malas datang, bahkan sempat merasa tertinggal dari yang lain. Namun satu hal yang selalu ia pegang, jika tidak kuat dari segi kecepatan, maka ia harus kuat dalam ketekunan. Hafalan itu bukan kompetisi siapa yang cepat, tetapi siapa yang tahan dan bertahan.
Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu mendoakan, para ustadzah dan pembimbing tahfizh yang sabar membimbing, serta teman-teman satu program yang terus menyemangati. “Kalau bukan karena mereka, saya mungkin sudah menyerah sejak lama,” ucapnya dengan nada haru.
Kini, setelah menyelesaikan 20 juz, Shafa terus melangkah. Targetnya belum selesai. Ia masih ingin menyelesaikan 30 juz sebelum akhir masa belajarnya. Dan satu prinsip masih terus ia pegang erat:
“Menghafal bukan soal bakat, tapi soal niat, tekad, dan terus berjalan, meskipun pelan.”
